Senin, 23 Mei 2011

Selasa, 23 Februari 2010

penelitian pemulihan pasca gempa


PELAKSANAAN KEGIATAN
layanan yang di laksanakan adalah
Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok merupakan salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk pengentasan masalah pribadi masing-masing anggota kelompok melalui layanan konseling kelompok yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan masalah-masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Fungsi utama dari layanan ini adalah pengentasan dan pengembangan potensi (Prayitno,1997)
Pembagian kelompok untuk konseling kelompok berdasarkan Sosiometri serta letak tempat duduk siswa. Layanan konseling kelompok terlaksana di SMA lunang silaut dan SMA I Linggo sari baganti.
Dalam melaksanakan layanan konseling kelompok sebelumnya di bentuk kelompok dan kemudian dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut ;
Tahap Pembentukan
a. Menerima secara terbuka dan mengucapkan salam
b. Berdoa
c. Menjelaskan pengertian konseling kelompok
d. Menjelaskan tujuan konseling kelompok
e. Menjelaskan cara-cara pelaksanaan konseling kelompok
f. Menjelaskan asas-asas konseling kelompok
g. Perkenakan dilanjutkan dengan permainan rangkaian nama

Tahap Peralihan
a. Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok
b. Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut
c. Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan/sebagian belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana tersebut
d. Memberi contoh topik bahasan yang akan dikemukakan dan dibahas dalam kelompok
Tahap Kegiatan
a. Menjelaskan masalah pribadi yang hendaknya dikemukakan oleh anggota kelompok.
b. Mempersilahkan anggota kelompok untuk mengemukakan masalah pribadi masing-masing secara bergantian
c. Memilih/ menetapkan masalah yang akan dibahas
d. Pembahasan masalah terpilih tersebut secara tuntas
e. Selingan
f. Menegaskan komitmen anggota yang masalahnya dibahas (apa yang akan dilakukannya berkenaan dengan pembahasan masalah yang dialaminya demi terentaskan masalahnya)
Tahap Pengakhiran
a. Menjelaskan bahwa kegiatan konseling kelompok akan diakhiri
b. Anggota kelompok mengemukakan kesan dan menilai kemajuan yang dicapai masing-masing
c. Pembahasan kegiatan lanjutan
d. Pesan serta tanggapan anggota kelompok
e. Ucapan terima kasih
f. Berdoa
g. Perpisahan
Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dijabarkan sebagai berikut :
1. Kelompok I
Pemimpin kelompok : Surya Hadi Putra
Anggota kelompok : 9 orang
Tanggal layanan :
Tempat layanan : Ruang kelas baru lunang
Permasalahan yang dikemukakan anggota kelompok
Dalam kegiatan konseling kelompok yang diselenggarakan dengan topik tugas, yaitu tentang trauma paska gempa.
Pembahasan masalah
Dari permasalahan yang telah dikemukakan oleh anggota kelompok yang dipilih untuk dibahas adalah masalah ”kondisi siswa pada saat gempa, setalah gempa dan efeknya dalam belajar”, didapatkan kesimpulan oleh anggota kelompok yaitu :
· Agar kita semua berserah diri pada yang kuasa
· Kalau ada gempa lagi jangan panik
· Motivasi diri tetap belajar dengan rajin
Komitmen klien
Berdasarkan bahasan dari anggota kelompok, siswa akan melaksanakan hasil dari konseling kelompok.
2. Kelompok II
Pemimpin kelompok : surya hadi putra
Anggota kelompok : 11 orang
Tanggal layanan :
Tempat layanan : Ruang kelas X 2 SMA linggo sari baganti
Pembahasan masalah
Dari permasalahan yang telah dikemukakan oleh anggota kelompok yang dipilih untuk dibahas adalah masalah ”kondisi siswa pada saat gempa, setalah gempa dan efeknya dalam belajar”, didapatkan kesimpulan oleh anggota kelompok yaitu :
· Tetap waspada walaupun gempa sudah tidak lagi terasa
· Kalau ada gempa lagi jangan panik
· Ingat selalu kita berda dalam lindungannya
Komitmen klien
Berdasarkan bahasan dari anggota kelompok, siswa akan melaksanakan hasil dari konseling kelompok.
Himunan data siswa
sosiometri
Layanan lain yang di rasa perlu :,permainan dan play teraphy


Masalah yang di hadapi dan cara penyelesaiannya

Permasalahan di lapangan Cara penyelesaian masalah
Dalam konseling kelompok di butuhkan komunikasi yang efekti antar sesama anggota kelompok. Dalam hal ini kami tidak mempunyai permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan, hanya saja sedikit kesulitan mencari tempat yang efektif dalam pelaksanaan konseling kelompok. Dua kelas di bagi menjadi beberapa kelompok kecil, dan kelas lainnya pelaksanaan konseling kelompok di laksanakan secara klasikal dengan dua orang pemimpin kelompok.

metoda penelitian

METODOLOGI PENELITIAN



RESUME
1. Masalah Penelitian
Masalah merupakan suatu fenomena, kejadian, peristiwa yang rumit, jelas, berarti serta feasible dan dapat diungkapkan dengan tepat melalui penyelidikan ilmiah (Muri Yusuf 1997:104).
Secara umum masalah dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang memerlukan pembahasan, pemecahan, informasi atau keputusan (Hadjar, 1996:38).
Masalah mesti merupakan bagian dari “kebutuhan” seseorang untuk dipecahkan. Seseorang ingin mengadakan penelitian karena ia ingin mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi (Arikunto, 2006:30).
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesenjangan ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena (Nazir, 2005:111).
Permasalahan penelitian adalah titik berangkat dan menjadi alasan satu-satunyamengapa penelitian harus di lakukan (Prasetia Irawan,1999:12).
Jadi masalah dalam penelitian merupakan titik pangkal suatu penyeldikan ilmiah. Dalam penelitian, masalah yang menjadi fokus harus dinyatakan secara formal untuk menunjukkan perlunya dilakukan penyelidikan secara empiris. Masalah penelitian mulanya diindetifikasi melalui topik yang masih umum, kemudian memfokuskan topik tersebut sehingga menjadi masalah penelitian yang lebih spesifik. Dalam arti kata penelitian harus selalu di picu oleh adanya suatu permasalahan.

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Indentifikasi masalah merupakan tindakan pertama yang di lakukan pada awal penelitian. Tindakan awal tersebut dapat dilakukan dengan sumber-sumber yang dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi masalah penelitian.



Kegiatan identifikasi masalah juga harus memikirkan kriteria masalah yang baik. Ciri kriteria masalah yang baik menururt Moh. Nazir (2005:113) ialah :
a. Mempunyai Nilai Penelitian
Masalah penelitian tidaklah dipilih seadanya saja. Namun harus mempunyai kegunaan tertentu serta dapat digunakan untuk suatu keperluan.
Mempunyai Fisibilitas
Masalah dipilih harus mempunyai fisibilitas, yaitu masalah tersebut dapat dipecahkan. Ini berarti :
· Data dan metode pemecahan masalah tersedia
· Biaya pemecahan masalah sesuai
· Waktu pemecahan masalah wajar
· Administrasi dan sponsor harus kuat
· Tidak bertentangan dengan hukum
Sesuai Dengan Kualifikasi Peneliti
Masalah yang dipilih selain mempunyai nilai ilmiah juga harus sesuai dengan kualifikasi peneliti atau derajat ilmiah peneliti sehingga bisa memecahkan persoalan yang diangkat.
Menurut Ibnu Hadjar (1996:40) sumber-sumber itu diantaranya:
· Observasi
· Deduksi dari teori
· Ulasan keputusan
· Masalah sosial yang sedang terjadi
· Situasi praktis
· Pengalaman pribadi
Selain kriteria di atas, Suharsimi Arikunto (2006:31) juga mengemukakan beberapa kriteria masalah yang baik dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
Masalah harus jelas dan tidak meragukan
Masalah hendaknya berarti, baik bagi diri pribadi, intuisi, masyarakat, maupun perkembangan ilmu pengetahuan
Masalah yang diteliti hendaklah berada dalam batas kemampuan dan jangkauan peneliti
Masalah itu menarik minat peneliti
Dalam penelitian kuantitatif, masalah itu hendaklah menyatakan hubungan dua variable atau lebih. Sedangkan dalam penelitian kualitatif hendaklah menyatakan keterpautan sesuatu objek dalam konteknya
Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan factor biaya yang digunakan
Data dapat dikumpulkan dengan cepat, tepat dan benar
Masalah yang actual dan hangat pada saat itu
Masalah hendaknya sesuatu yang baru dan telah wajar untuk diteliti atau akan menemukan bentuk baru dari sesuatu yang sudah ada

PERUMUSAN MASALAH
Setelah masalah diindetifikasi dan dipilih, kemudian masalah tersebut dirumuskan. Dari rumusan masalah dapat mengasilkan judul penelitian.
Masalah penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan tentang tujuan, pertanyaan, atau hipotesi. Pernyataan masalah dalam bentuk pertanyaan digunakan bila peneliti kurang mempunyai landasan yang memadai untuk membuat dugaan sementara tantang hasil penelitiannya. (Hadjar, 1996 : 56).
Menurut Moh. Nazir (2005:119) perumusan masalah dilakukan dengan kondisi :
Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
Rumusan masalah hendaklah jelasa dan padat
Rumusan masalah berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
Rumusan masalah merupakan dasar membuat hipotesis
Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian

Selain itu perumusan masalah dapat dilakukan dengan cara merumusakan judul selengkapnya. Hal ini bertujuan agar judul tidak panjang dan dapat dicerna dengan mudah (Amirin, 1990:50).

B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan peneletian mengandung tuntutan atau arahan agar peneliti melakukan tindakan yang berupa penetuan desain dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan (Ibnu Hadjar, 1996:57).
Pertanyaan dalam penelitian hendaknya runtut agar jawaban ang di berikan runttut pula.
C. Hipotesis
Hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua variabel akibat, yang merupakan suatu pernyataan penting kedudukannya dalam penelitian (Arikunto, 2006:73). Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu:
Hipotesis kerja, yang disebut dengan hipoteis alternatif
Hipotesis Nol, yang disebut dengan hipotesis statistik
Jadi hipotesis ialah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi (Nazir, 2005:151).
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terdiri dari dua, hal ini di kemukakan oleh Husaini Usman (1998: 40) yaitu:
tujuan umum: berhubungan denga konsep-konsep yang bersifat umum
tujuan khusus: berhubungan dengan konsep-konsep yang bersifat lebih spesifik di bandingkan dengan yang digunakan dalam peumusan masalah.



E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat hasil penelitian kadangkala langsung disebutkan tersendiri setelah merumuskan tujuan penelitian (Amirin, 1990:86). Kegunaan penelitian:
teoritis: hasil penelitan diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep-konsep atau teori administrasi pada umumnya dan konsep-konsep atau teori-teori waskat dan disilin kerja khususnya.
Praktis: hasil penelitian secara tersurat, dimana penelitian ini berguan untuk siapa.

F. Populasi Dan Sampel Penelitian
POPULASI
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya tidak terlalau banyak. Penelitian populasi disebut juga dengan sensus (Nazir, 2005:131).
Menurut Muri Yusuf (1997:185) karakteristik populasi ialah :
Merupakan keseluruhan unit analisi sesuai informasi yang dinginkan.
Dapat berupa manusia / individu, hewan, tumbuhan / kejadian yang terdapat disuatu daerah yang telah ditetapkan.
Merupakan batasan yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari keadaan itu.
Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu.

Selain itu, Muri Yusuf (1997:187) juga mengemukakan golongan populasi atas 2, yaitu:
Populasi terbatas, yaitu objek penelitian yang dapat dihitung
populasi tak terbatas, yaitu objek penelitian yang sulit untuk dihitung atau dicari batasannya


SAMPEL

Suharsimi Arikunto (2006:131) mengemukakan pengertian sampel, yaitu sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sample apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan (mengangkat kesimpulan) hasil penelitian sampel. Penelitian sampel baru boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen.
Penelitian sampel ialah penelitian yang bermaskud untuk menggeneralisasikan / mengngkat kesimpulan penelitian, pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebgai contoh / dapt menggambarkan keadaan populasi sebenarnya (Amirin, 2006:133).
Adapun cara-cara pengambilan sampel penelitian yang dikemukakan Tatang Amirin (2006:142) adalah sebagai berikut:
a. Teknik pengambilan sample secara probhabilitas/adil
Yaitu cara pengambilan sample yang memberikan kemungkinan pada setiap individu dalam pupolasi untuk terpilih sebagai sample.

Probability sampling terdiri dari empat macam, yakni;
Sampling secara acak/random yang sederhana
Yakni cara pengambilan sample yang bukan hanya setiap individu dalam populasi berhak untuk dijadikan sample, melainkan kombinasi (paduan) individu dimungkinkan pula untuk terpilih sebagai sample
Sampling secara sistematis
Yakni cara ordinal, dengan cara menentukan subjek yang tercata dalam daftar yang berdasarkan kelipatan tertentu terpilih menjadi sample.
Sampling berdasarkan pelapisan dan penggolongan
Yakni cara menentukan sample dengan memperhatikan adanya stratum-stratum dalam populasi. Ini dapat;
Sampling berstrata dengan cara proporsional yakni dengan memperhatikan proporsi (perimbangan) jumlah populasi yang ada pada masing-masing golongan atau tingkatan.
Sampling berstrata tanpa proporsional yakni yang tidak memperhatikan perbandingan atau perimabangan jumlah anggota sub populasi pada masing-masing stratum.
Sampling berdasarkan pembagian wilayah
Yakni penentuan sample dengan membagi-bagi populasi berdasarkan wilayah, lalu sample yang diambil adalah cluster diantara seluruh cluster-cluster itu.

b. Teknik pengambilan sample secara non probability/tak adil
Yaitu pengambilan sample sample dengan tidak memberi kesempatan atau kemungkinan yang sama pada setiap individu yang ada dalam popualsi untuk dijadikan sample. Termasuk cara ini adalah:
Sampling secara asal nemu
Yakni cara mengambil sample dengan asal menemukan sample saja.
Sampling menurut quota
Yaitu pengambilan sample dengan cara sekedar memenuhi jumlah yang telah ditentukan beserta cirri-cirinya yang telah ditentukan pula, tetapi pengambilan sampelnya itu sendiri juga asal nemu saja (accidental).

Teknik pemilihan sampel ( Hadjar, 1996:137-144)
Sampling acak sederhana
Salah satu teknik dengan semua individu anggota pupulasi mempunyai kemungkinan yang sama dan idenpenden untuk dipilih sebagai sampel
Sampling sistimatis
Dipakai bila semua anggota populasi telah dicatat dalam suatu daftar yang disusun secara acak.
Sampling bertingkat
Memilih sampel dengan cara yang sedemikian rupa sehingga peneliti yakin bahwa semua kelompok dalam populasi terwakili dalam sampel yang dipilih.
Sampling Klatser
Sama dengan bertingkat, hanya saja sebagai unit sampel tersebut adalah kelompok
Sampel sukarela
Karena banyak faktor kendala yang menyulitkan peneliti, maka peneliti lebih memilih subyek yang secara sukarela berpatisipasi.

G. Kajian Pustaka
Tujuan utama penulisan kajian pustaka adalah untuk mengorganisasikan penemuan penelitian yang pernah dilakukan sehingga pembaca akan dapat memahami mengapa masalah yang diangkat mempunyai nilai penting dan dapat dikaitkan dengan hasil penelitian. Penelitian tidak pernah dapat dipisahkan dengan pengetahuan, karena pada haikatkanya merupakan alat untuk mendapatkan pengetahuan yang telah ada.(Hadjar, 1996:75).
.Kajian kepustakaan akan memungkinkan pembaca meningkatkan cakrawalanya dari segi tujuan dan hasil penelitian tinjauan kepustakaan tersebut berupa biasanya berupa ringkasan dan rangkuman dari sumber kepustakaan yang relevan denan masalah penelitian serta kritik terhadap status pengetahuan dalam topic kependidikan yang ditentukan secra hati-hati (MC Millan dan Schumacher,1898 dalam Hadjar 1996:75).
Lebih lanjut, kajian kepustakaan tersebut berguna untuk menunjukkan signifikansi masalah. Ibnu Hadjar (1996:79-80) mengemukakan kegunaan tinjauan kepustakaan yaitu:
Menentukan dan membatasi permasalahan penelitian.
Kajian kepustakaan dapat membantu peneliti mengenali dengan jelas karya utama dalam topik pilihannya, sehingga dapat membatasi permasalahan dalam aspek yang cukup spesifik.
Meletakkan penelitian pada perspektif sejarah dan asosional
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan, dan menambahkan pengetahuan yang telah ada. Hal ini bertujuan untuk mengetahui cara memperluas pengetahuan tersenut, yaitu dengan menggunakan kajian literatur
Menghindari replikasi yang tidak disengaja dan tidak perlu
Replikasi yang tidak disengaja terjadi karena kurangnya info yang dimilki oleh peneliti tentang penelitian yang pernah dilakukan orang lain.
Memilih Metodologi yang tepat.
Kajian terhadap laporan penelitian yang lalu dapat memberikan rasional terhadap wawasan tentang metodologi dan desai pemilihan yang tepat atau cocok, yang dapat digunakan untuk pemilihan dan pembuatan instrurmen.
Menghubungkan penemuan dengan pengetahuan yang ada dari usulan untuk penelitian lebih lanjut.
Tujuannya untuk membandingkannya dengan hasil penilitian-penilitian terdahulu selain itu juga untuk memberikan rekomendasikan dan petunjuk tentang perlu penelitian lebih lanjut.

Sedangkan menurut Tatang Amirin (1990:62-63) Kepustakaan dapat memberikan 3 manfaat dalam penelitiaan, yaitu :

Sebagai dasar pedoman atau pegangan
Sebagai tolak ukur
Sebagai sumber hipotesa

Kajian / tinjauaan kepustakaan dapat dilakukan dengan mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya yang relevan. Kemudian diseleksi, dan dituangkan kedalam tulisan. Tidak perlu sama, tapi dapat berbobot.
Kajian kepustakaan meliputi kegiatan mencari, membaca, mengevaluasi, menaganalisis dan membuat sistematis laporan-laporan penelitian dan teori, serta melaporkan amanat dan pendapat biasa yang berhubungan dengan penelitian yang direncanakan.









Buku Sumber:
Amiri, Tatang. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Rajawali Pers: Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta: Jakarta
Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dala Pendidikan. Rajawali Pers: Jakarta
Usman, Husaini. 1998. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Bogor
Yusuf, A. Muri. 1997. Metode Penelitian Dasar-Dasar Penelidikan Ilmiah. Padang: UNP















RENCANA PROPOSAL PENELITIAN

Judul Proposal
Hubungan Pembagian Anggota Kelompok dengan Keterbukaan siswa dalam Layanan Konseling Kelompok di SMP Negeri 13 Padang

Masalah
Banyaknya siswa yang tidak terbuka (Tidak berkeinginan) untuk menceritakan permasalahannya dalam kegiatan konseling kelompok, karena kurang mempercayai anggota kelompok.

Rumusan Masalah
Mengidetifikasi penyebab ketidakterbukaan siswa dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok

Batasan Masalah
Penyebab siswa tidak terbuka dalam layanan konseling kelompok
Peran anggota kelompok dalam keefektifan peayanan konseling kelompok
Upaya guru pembimbing dalam mengembangkan layanan konseling kelompok

Pertanyaan Penelitian
a. Apa faktor penyebab siswa tidak terbuka dalam konseling kelompok
b. Bagaimana peranan anggota kelompok dalam konseling kelompok
c. Bagaimana upaya guru pembimbing dalam mengembangkan layanan konseling kelompok

Hipotesis
Pembagian anggota kelompok mempengaruhi keterbukaan siswa untuk mengemukakan permasalahannya dalam kegiatan konseling kelompok

Tujuan Penelitian
Mengungkapkan penyebab siswa tidak terbuka dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok
Mengungkapkan peran anggota kelompok dalam layanan konseling kelompok
Mengungkapkan upaya yang dilakukan guru pembimbing dalam mengembangkan layanan konseling kelompok

Kegunaan Penelitian
Masukan bagi pengembangan ilmu pengethuan khususnya dalam pemberial pelayanan kepada siswa.
Masukan bagi para pendidik umumnya guru pembimbing khususnya dalam memberikan pelayanan yang tepat kepada siswa.
Jurusan BK dalam mempersiapkan tenaga guru pembimbing yang handal dan professional.
Populasi
Siswa SMP Negeri 13 Padang

Sampel
Siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 13 Padang

Kajian Pustaka / Literatur
Layanan Konseling Kelompok
a. Pengertian
b. Azas-Azas Dalam Konseling Kelonpok
c. Tujuan Konseling Kelompok
Kelompok Dalam Kegiatan Konseling Kelompok
Pengertian Kelompok
Faktor Pengikat dalam Kelompok
Dinamika Kelompok
Peranan Guru Pembimbing
BK Pola-17 Plus
Upaya Pengembangan Layanan Konseling Kelompok
BAB I
instrumen test bimb. dan konseling


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.Dalam pelayanan bimbingan dan konseling di butuhkan suatu alat yang di namakan Instrumen tes BK II. Instrument tes Bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah penting karena instrument tes ini dapat membantu memperlancar pendidikan. Instrument tes ini, sangat banyak kegunaannya yaitu salah satunya dapat membantu guru pembimbing dan guru mata pelajaran dalam mengklasifikasikan siswa.
Instrument ini bagi guru pembimbing agar dapat mengetahui potensi siswa, kemudian guru dapat menyesuaikan materi pelajaran dengan potensi siswa tersebut. Instrument ini juga sangat berguna dalam penempatan dan penyaluran siswa yang tepat di sekolah.
Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai instrumen tes ini sehingga penulis mengangkatnya ke dalam sebuah makalah yang berjudul “Fungsi Instrument Tes Dalam Pelyanan Bimbingan dan Konseling”.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan melalui studi kepustakaan tentang:
Hakekat instrument tes.
Tujuan pelaksanaan instrument tes.
Kegunaan hasil instrument tes.

C. Kegunaan Penulisan.
Adapun kegunaan dari penulisan makalah ini adalah:
Untuk menambah pengetahuan pembaca agar dapat memahami sekilas tentang instrumen tes.
Agar penulis lebih menguasai tentang fungsi instrumen tes.
Dapat menambah wawasan pembaca dan penulis sendiri.
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Hakekat Instrument Tes.
1. Pengertian Instrument Tes.
Instrument tes merupakan alat ukur, kemudian pengertian intrument dalam bimbingan dan konseling ialah sebagai alat ukur untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Dan pengertian tes ialah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui potensi seseorang, sebagaimana dikemukakan oleh Bimo Walgito (1989) “bahwa tes merupakan suatu metode pengumpulan data atau fakta-fakta yang lain dari testi dengan menggunakan soal-soal, pertanyaan, tugas lain dimaan persoalan/pertanyaan tersebut telah dipilih dengan seksama dan telah di standardisasikan oleh tester.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa instrument tes itu adalah suatu alat ukur atau alat yang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, misalnya untuk mengetahui potensi seseorang.

2. Jenis-jenis Instrument Tes.
Dalam instrument tes ada beberapa jenis diantaranya:
Tes intelegensi. Adalah suatu tes yang digunakan untuk melihat sejauhmana kemampuan atau potensi seseorang.
Kemudian menurut Wayan Nurkencana (1993:194) mengemukakan bahwa tes intelegensi ialah tes yang biasanya digunakan untuk meramalkan kemampuanseseorang mengikuti pelajaran di perguruan tinggi atau di sekolah.
Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui bakat seseorang.
Tes kesiapan belajar yaitu tes yang dilakukan untuk melihat kesiapan belajar seseorang dalam menerima pelajaran.

3. Hal-hal yang Diperhatikan Dalam Penggunaan Tes.
Agar instrument tes itu baik maka harus memperhatikan beberapa syarat tes yang baik diantaranya adalah:
Validitas; sejauh mana suatu tes dapat mengukur apa yang sebenarnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata(1984) bahwa validitas adalah suatu alat pengukur sejauh mana alat itu dapat mengukur apa yang dimaksutkan untuk diukur dengannya.
Reabilitas: suatu tes dikatakan stabil kalau hasil pengukuran dengan tes tersebut adalah sama atau hampir sama jika pengukuran tersebut dilakukan oleh orang yang sama dalam waktu yang berlainan atau berbeda dalam waktu yang sama.
Deskriminasi: mempunyai daya pembeda yang tinggi. Suatu tes diharapkan dapat membedakan kualitas yang diukur.
Balance: keseimbangan, bagaimana jumlah item mencakup semua.
Obyektivitas: dalam pemberian skor tester harus obyektif dan mengesampingkan faktor subyektif.
Standarisasi: menyesuaikan tes itu dimana akan digunakan dan disesuaikan.
Komprehensif: menyeluruh dan mencakup banyak hal atau semua kemungkinan yang akan diungkap.
Praktis: mudah digunakan dan hendaknya disesuaikan dengan kondiri kecakapan para petugas.
Kesukaran: item-item pertanyaan tidak terlalu sukar dan sistematis.

Agar instrument tes baik, juga perlu diperhatikan beberapa istilah yang dugunakan dalam testing, yaitu diantaranya.adalah:
1. Evaluasi; tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
2. Pengukuran; suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kualitas dari pada sesuatu.
3. Penilaian; mengembil sesuatu keputusan terhadap sesuatu yang dengan ukuran baik atau buruk.
4. Testing kegiatan pelaksanaan pengukuran data atau penyelidikan guna mengetahui pengetahuan dari tester dengan seksama dan telah distandarisasikan.
5. Testi; responden yang sedang mengerjakan tes
6. Tester; orang yang diserahi tugas untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responde atau subjek evaluasi
7. Faking; Kejadian dimana tester memperdayakan testi dalam pelaksanaan tes yang dilaksanakan testi, faking ini juga dapat dikatakan sebagai sutu pemalsuan dalam tes. Faking ini terbagi atas dua yaitu :
- Bad; merupakan usaha tester untuk memperdaya testi agar tidak lulus.
- Good; merupakan usaha tester untuk mempardaya testi untuk diterima ( berhasil )
8. Tes standar; merupakan tes berpatokan atau tes yang telah dinilai dan diakui
9. tes psikologis; tes yang mengukur yang berhubungan dengan psikologi bakat, minat, intelegensi yang dimili oleh ndividu atau kelompok
10. standar dizet test; tes yang telah diakui baik validitas maupun reabilitas, tes ini telah diuji cobakan, di analisis, di resensi dan di susun kembali sehingga didapat validitas dan reabilitas yang tinggi, dengan demikian berarti bahwa tes itu betul-brtul dapat menguji apa yang ingin di uji ( valid ) teliti dan konsisten ( reabel ) atau praktis
11. inventori
12. pengadministrasian tes.
13. Kode etik tes.

B. Tujuan Pelaksanaan Instrument Tes.
Tujuan pelaksanaan intrument tes adalah:
1. Klasifikasi; mengelompokan seseorang sebagaimana seharusnya ditempatkan.
seleksi: tes digunakan oleh lembaga-lembaga seperti sekolah, perguruan tinggi dan yang lainya untuk menerima beberapa individu dan menolong yang lainya.
Skrining: mengacu pada penyelidikan untuk menentukan mana yang memerlukan atau berhak atas perlakuan khusus.
Diagnostik: menganalisa jenis kelemaha, sebab dan merumuskan bantuan yang akan diberikan.
Sertifikasi: pengesahan pada seseorang yang lulus ujian tau mendapatkan izin praktek.
Penempatan: yaitu proses menapis dan menyortir untuk memberikan berbagai tingkat pelayanan kepada berbagai orang.

2. Meningkatkan pemahaman dan prediksi.
3. Memodifikasi program dan perlakuan evaluasi.
modifikasi program yaitu merubah program yang sudah ada harus disesuaikan dengan hasil tes.
Perlakuaan dan evaluasi yaitu tindakan yang harus diberikan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu program dalam jangka waktu untuk mencapai target yang telah ditentukan.

4. Panel dan penyelidikan ilmiah; Untuk menentukan sesuatu itu baik buruk, benar salah dari penggunaan suatu tes.

C. Kegunaan Hasil Instrument Tes.

1. Bagi Guru Pembimbing.
Hasil tes bagi guru pembimbing sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang siswa yang pada akhirnya digunakan sebagai landasan untuk memberikan bimbingan dan pelayanan yang setepat-tepatnya kepada siswa.
Penggunaan hasil tes bagi guru pembimbing dalam tujuh jenis layanan:
Dengan tes, guru pembimbing dapat menyesuaikan cara pemberian layanan kepada siswa.
Dengan tes , guru pembimbing dapat lebih mengetahui karakteristik siswanya.
Dengan tes, guru pembimbing dapat menyesuaikan jenis layanan apa yang akan diberikan kepada siswanya.


2. Bagi Guru Mata Pelajaran.
Fungsi tes bagi guru mata pelajaran adalah membantu guru mata pelajaran dalam merencanakan dan mengelola pengajaran. Guru perlu mengetahui mana siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, mana siswa yang lemah.

Guru mata pelajaran dapat merencanakan dan mengelola proses belajar mengajar dengan tepat. Antara lain guru dapat menetapkan metode dan cara belajar, mengelompokkan siswa, terutama siswa mana yang memerlukan banyak bantuan.

3. Bagi Wali Kelas.
Meningkatkan motivasi belajar siswa kelasnya.
Sebagai dasar untuk merancang dan membuat pertimbangan dalam mengembangkan potensi bakat siswa.
Agar dapat mengetahui dan memahami keadaan siswanya.
Agar terjadi hubungan yang baik di dalam kelas.
Agar terjadi hubungan yang baik antara wali kelas dengan muridnya.

4. Bagi Kepala Sekolah.
Memudahkan kepala sekolah untuk menyeleksi siswa jika ada perlombaan.
Mempermudah penyeleksian untuk penerimaan beasiswa.
Memperbarui program dan penyusunan program untuk pengembangan program.

5. Bagi Siswa dan Orang Tua.
Bagi Siswa
Untuk memahami diri siswa, sampai di mana kemampuan yang ia miliki.
Untuk memudahkan penempatan karir.
Membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri. Yaitu agar siswa siswa mengerti apa kelebihan –kelebihannya dan apa kekurangannya.


Bagi Orang Tua
Untuk mengarahkan dan memotivasi anak-naknya dalam kegiatan belajar.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Instrument tes merupakan alat ukur atau alat yang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Misalnya untuk mengungkapkan potensi seseorang.
Tujuan pelaksanaan instrument tes adalah untuk mengklasifikasi, meningkatkan pemahaman dan prediksi, modifikasi program atau perlakuan dan evaluasi, dan panel atau penyelidikan ilmiah. Dan instrument tes ini sangat banyak kegunaanya baik bagi guru pembimbing, guru mata pelajaran, kepala sekolah serta siswa.

B. Saran.
Mempertimbangkan bahwa pentingnya instrument tes bagi sekolah dan pihak-pihak terkait, maka sebaiknya instrument tes ini digunakan dengan sebaik-baiknya, dan hendaknya sekolah tahu, paham dan mengerti apa tujuan digunakannya instrument tes. seyogyanya sekolah tahu apa syarat-syarat tes yang baik.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa dalam masih terdapat kekurangan di berbgai aspek. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang menbangun dari pembaca yang terhormat, demi perbaikan penulisan untuk masa-masa yang akan datang.

Senin, 22 Februari 2010

skripsi




BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Dalam proses pengajaran bimbingan dan konseling, meliputi sembilan jenis layanan dan mengarah pada BK 17 +. Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang di butuhkan siswa khususnya di SMA adalah layanan informasi. Menurut Pryitno (1995:29) layanan informasi bertujuan untuk:
Membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.

Tujuan layanan informasi tidak hanya sekedar memberikan informasi, tetapi juga merangsng peserta didik untuk menilai secara kritis tentang gagsan, kondisi dan kecenderungan agar memperoleh pengertian pribadi dan implikasinya untuk masa yang akan dating. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (1991:275) sebagai berikut:
Tujuan pemberian layanan informasi bukan hanya peserta didik membakali dirinya dengan pengetahuan untuk dirinya saja, melaainkan supaya mereka menguasai cara-cara memperbaharui serta merevisi bakal pengetahuan itu di kemudian hari.

Di sekolah khususnya di SMA telah di upayakan pemberian layanan tersebut semenjak berlakunya kurikulum 1984. Kenyataanya Informasi yang diberikan kurang bermakna bagi mereka.keadaan ini ditemui di SMA N 9 Padang dapat di lihat dari kurangnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan tersebut. Kurangnya kehadiran siswa , dan juga seringnya siswa keluar kelas pada waktu pemberian layanan informasi.kemungkinan ketidak bermaknaan tersebut disebabkan beberapa factor, yaitu : (1) informasi yang di berikan tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, (2) metode penyampaian informasi tidak menarik bagi siswa, (3) waktu pelaksanaan kurang tepat, (4) kurangnya wawasan guru pembimbing tentang materi yang di berikan sehingga siswa tidak memperoleh apa yang mereka butuhkan.
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, secara umum pembantasan permasalahannya adalah : Informasi apa yang di butuhkan siswa SMA. Secara khususu pembatasan permasalahannya adalah:
informasi cara belajar
informasi perguruan tinggi
informasi mengenai jenis lapangan pekerjaan
persyaratan memasuki pekerjaan.
Asumsi dasar
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penelitian ini didasari oleh asumsi sebagai berikut:
Siswa SMA membutuhkan layanan informasi tentang pendidikan dan pekerjaan.
Siswa SMA mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap layanan informasi.
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan informasi yang dibutuhkan siswa dalam bidang pendidikan
2. Mendeskripsikan informasi yang di butuhkan siswa dalam bidang pekerjaan

Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu :
Sebagai masukan bagi guru penbimbing dalam peningkatan mutu layanan, khususnya layanan informasi.
Meningkatkan pemahaman kepala sekolah dalam penyediaan fasilitas yang di butuhkan untuk pelayanan informasi
Sebagai bahan masukan bagi jurusan Bimbingan dan konseling dalam peningkatan mutu tamatannya, sehingga bisa menerapkan ilmunya sesuai dengan profesinya.

Pertanyaan penelitian
Dari permasalahan yang telah dikemukakan diatas, pertanyaan penelitian yang akan di jawab melalui penelitian ini adalah :
3. Informasi pendidikan apa yang di butuhkan siswa SMA sehubungan dengan cara belajar di SMA dan informasi perguruan tinggi
4. Informasi pekerjaan apa yang di butuhkan siswa SMA sehubungan dengan jenis dan persyaratan pekerjaan

Penjelasan istilah
Agar tidak terdapat perbedaan pengertian mengenai judul penelitian, perlu di jelaskan pengertin kata-kata penting yang terkandung dalam judul.


5. kebutuhan
Kebutuhan merupakan keinginan yang muncul karna adanya kesenjangan antara apa yang telah di kuasai. Menurut Murrai (dalam yeni karneli, 1997 : 11) bahwa :kebutuhan adalah “ suatu konstruk yang memiliki daya kekuatan yang mengatur persepsi, Apersepsi, pemahaman, dan kegiatan yang sedemikian rupa untuk mengubah sesuatu yang ada dan yang tidak memuaskan kearah tertentu “.
6. layanan informasi
menurut dewa ketut sukardi (1988 : 135) layanan informasi adalah :
suatu bentuk layanan yang memberikan informasi untuk membantu peserta didik memahami dan menerima dirnya, pengetahuan tentang dunia pendidikan, jabatan, social pribadi dan masalah kemasyarakatan lainnya.

Sejalan dengan itu dalam buku seri pemandu pelaksanaan BK di SMA (1995 : 15) di jelaskan :
Layanan informasi adalah layanan untuk membekali indvidu dengan berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.

Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa layanan informasi adalah layanan binbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dam memahami berbagai informasi yang dapat di gunakan sebagai bekal dan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk kepentingan peserta didik.


BAB II
LANDASAN TEORITIS

Kajian teori
1. Hakekat kebutuhan
Pada hakekatnya kebutuhan merupakan keinginan yang muncul karna adanya kesenjangan antara apa yang telah di kuasai atau dimiliki. Manusia sebagai makhluk social yang mempunyai akal dan pikiran memerlukan banyak kebutuhan dalam hidup. Menurut teori Maslow ( dalam dewa ketut sukardi, 1988 : 57 ) mengelompokan kebutuhan manusia secara bertingkat-tingkat dengan sebutan hierarki kebutuhan. Hierarki kebutuhan tersebut adalah:
Kebutuhan fisik ( Physiological needs )
Kebutuhan akan rasa aman ( safety needs )
Kebutuhan untuk dicintai dan mencintai ( love needs )
Kebutuhan akan harga di (esteem needs )
Kebutuhan akan aktualisasi diri ( self-actualization needs )
Kebtuhan untuk mengetahui dan mengerti (needs to know and to understand )
Berdasarkan uraian tersebut yang jika dikaitkan dengan layana informasi, kebutuhan tersebut termasuk keinginan untuk mengetahui dan memahami (needs to know and to understand). Sebagaimana yang di kemukakan oleh Maslow dala Dewa ketut sukardi ( 1988 : 57) bahwa layanan informasi bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi dirinya dalam merencanakan masa depannya.
Siswa SMA disebut juga remaja karna mereka masih dalam taraf perkembangan remaja dan menpunyai kebutuhan tertentu yang harus di penuhinya Selama rentang usianya. Keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya dalam memenuhi kebutuhannya selama masa remaja akan mempengaruhi perkembvangan selanjutnya.
Berkenaan dengan uraian tersebut, Mappiare, andi (1982 :152) menjelaskan kebutuhan remaja sebagai berikut :
1. Kebutuhan akan kasih sayang
2. Kebutuhan akan keikut sertaan dan di terima dalam kelompok
3. Kebutuhan untuk berdiri sendiri
4. Kebutuhan untuk berprestasi
5. Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain
6. Kebutuhan untuk dihargai
7. Kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang utuh
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa layanan informasi erat kaitannya untuk berdiri sendiri dan kebuuhan untuk berprestasi. Kedua informasi tersebut bertujuan agar siswa memperoleh kesuksesan dalam belajar dan dapat hidup mandiri pada masa yang akan datang.
Layanan informasi
Layanan informasi merupakan layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa guna membantu mereka memahami pendidikan lanjutan. Sebagaimana yang dikemukakan Dewa ketut Skuhardi (1988:135) bahwa:
Layanan informasi merupakan suatu bentuk layanan yang memberikan informasi untuk membantu peserta didik memahami dirinya, pengetahuan tentang dunia pendidikan, jabatan, sosial pribadi dan masyarakat.
Pendapat diatas dipertegas lagi oleh Prayitno (1995:29) sebagai berikut:
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi seperti informasi pendidikan dan jabatan), yang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk kepentingan peserta didik.
Dengan memperoleh informasi yang tepat dan memadai mereka akan dapat mempertimbangkan berbagai alternative pilihan pendidikan dan pekerjaan yang cocok dengan diri pribadinya dengan memperoleh informasi yang tepat dan memadai mereka akan dapat pertimbangan berbagaialternatif pilihan

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian
Populasi dan sample
Jenis sumber data
Alat pengumpulan data
Variable
Prosedur pembuatan instrument
Uji coba tekhnik analisa

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Interpretasi data
Pembahasan

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
saran