Selasa, 23 Februari 2010

metoda penelitian

METODOLOGI PENELITIAN



RESUME
1. Masalah Penelitian
Masalah merupakan suatu fenomena, kejadian, peristiwa yang rumit, jelas, berarti serta feasible dan dapat diungkapkan dengan tepat melalui penyelidikan ilmiah (Muri Yusuf 1997:104).
Secara umum masalah dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang memerlukan pembahasan, pemecahan, informasi atau keputusan (Hadjar, 1996:38).
Masalah mesti merupakan bagian dari “kebutuhan” seseorang untuk dipecahkan. Seseorang ingin mengadakan penelitian karena ia ingin mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi (Arikunto, 2006:30).
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesenjangan ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena (Nazir, 2005:111).
Permasalahan penelitian adalah titik berangkat dan menjadi alasan satu-satunyamengapa penelitian harus di lakukan (Prasetia Irawan,1999:12).
Jadi masalah dalam penelitian merupakan titik pangkal suatu penyeldikan ilmiah. Dalam penelitian, masalah yang menjadi fokus harus dinyatakan secara formal untuk menunjukkan perlunya dilakukan penyelidikan secara empiris. Masalah penelitian mulanya diindetifikasi melalui topik yang masih umum, kemudian memfokuskan topik tersebut sehingga menjadi masalah penelitian yang lebih spesifik. Dalam arti kata penelitian harus selalu di picu oleh adanya suatu permasalahan.

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Indentifikasi masalah merupakan tindakan pertama yang di lakukan pada awal penelitian. Tindakan awal tersebut dapat dilakukan dengan sumber-sumber yang dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi masalah penelitian.



Kegiatan identifikasi masalah juga harus memikirkan kriteria masalah yang baik. Ciri kriteria masalah yang baik menururt Moh. Nazir (2005:113) ialah :
a. Mempunyai Nilai Penelitian
Masalah penelitian tidaklah dipilih seadanya saja. Namun harus mempunyai kegunaan tertentu serta dapat digunakan untuk suatu keperluan.
Mempunyai Fisibilitas
Masalah dipilih harus mempunyai fisibilitas, yaitu masalah tersebut dapat dipecahkan. Ini berarti :
· Data dan metode pemecahan masalah tersedia
· Biaya pemecahan masalah sesuai
· Waktu pemecahan masalah wajar
· Administrasi dan sponsor harus kuat
· Tidak bertentangan dengan hukum
Sesuai Dengan Kualifikasi Peneliti
Masalah yang dipilih selain mempunyai nilai ilmiah juga harus sesuai dengan kualifikasi peneliti atau derajat ilmiah peneliti sehingga bisa memecahkan persoalan yang diangkat.
Menurut Ibnu Hadjar (1996:40) sumber-sumber itu diantaranya:
· Observasi
· Deduksi dari teori
· Ulasan keputusan
· Masalah sosial yang sedang terjadi
· Situasi praktis
· Pengalaman pribadi
Selain kriteria di atas, Suharsimi Arikunto (2006:31) juga mengemukakan beberapa kriteria masalah yang baik dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
Masalah harus jelas dan tidak meragukan
Masalah hendaknya berarti, baik bagi diri pribadi, intuisi, masyarakat, maupun perkembangan ilmu pengetahuan
Masalah yang diteliti hendaklah berada dalam batas kemampuan dan jangkauan peneliti
Masalah itu menarik minat peneliti
Dalam penelitian kuantitatif, masalah itu hendaklah menyatakan hubungan dua variable atau lebih. Sedangkan dalam penelitian kualitatif hendaklah menyatakan keterpautan sesuatu objek dalam konteknya
Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan factor biaya yang digunakan
Data dapat dikumpulkan dengan cepat, tepat dan benar
Masalah yang actual dan hangat pada saat itu
Masalah hendaknya sesuatu yang baru dan telah wajar untuk diteliti atau akan menemukan bentuk baru dari sesuatu yang sudah ada

PERUMUSAN MASALAH
Setelah masalah diindetifikasi dan dipilih, kemudian masalah tersebut dirumuskan. Dari rumusan masalah dapat mengasilkan judul penelitian.
Masalah penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan tentang tujuan, pertanyaan, atau hipotesi. Pernyataan masalah dalam bentuk pertanyaan digunakan bila peneliti kurang mempunyai landasan yang memadai untuk membuat dugaan sementara tantang hasil penelitiannya. (Hadjar, 1996 : 56).
Menurut Moh. Nazir (2005:119) perumusan masalah dilakukan dengan kondisi :
Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
Rumusan masalah hendaklah jelasa dan padat
Rumusan masalah berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
Rumusan masalah merupakan dasar membuat hipotesis
Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian

Selain itu perumusan masalah dapat dilakukan dengan cara merumusakan judul selengkapnya. Hal ini bertujuan agar judul tidak panjang dan dapat dicerna dengan mudah (Amirin, 1990:50).

B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan peneletian mengandung tuntutan atau arahan agar peneliti melakukan tindakan yang berupa penetuan desain dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan (Ibnu Hadjar, 1996:57).
Pertanyaan dalam penelitian hendaknya runtut agar jawaban ang di berikan runttut pula.
C. Hipotesis
Hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua variabel akibat, yang merupakan suatu pernyataan penting kedudukannya dalam penelitian (Arikunto, 2006:73). Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu:
Hipotesis kerja, yang disebut dengan hipoteis alternatif
Hipotesis Nol, yang disebut dengan hipotesis statistik
Jadi hipotesis ialah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi (Nazir, 2005:151).
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terdiri dari dua, hal ini di kemukakan oleh Husaini Usman (1998: 40) yaitu:
tujuan umum: berhubungan denga konsep-konsep yang bersifat umum
tujuan khusus: berhubungan dengan konsep-konsep yang bersifat lebih spesifik di bandingkan dengan yang digunakan dalam peumusan masalah.



E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat hasil penelitian kadangkala langsung disebutkan tersendiri setelah merumuskan tujuan penelitian (Amirin, 1990:86). Kegunaan penelitian:
teoritis: hasil penelitan diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep-konsep atau teori administrasi pada umumnya dan konsep-konsep atau teori-teori waskat dan disilin kerja khususnya.
Praktis: hasil penelitian secara tersurat, dimana penelitian ini berguan untuk siapa.

F. Populasi Dan Sampel Penelitian
POPULASI
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya tidak terlalau banyak. Penelitian populasi disebut juga dengan sensus (Nazir, 2005:131).
Menurut Muri Yusuf (1997:185) karakteristik populasi ialah :
Merupakan keseluruhan unit analisi sesuai informasi yang dinginkan.
Dapat berupa manusia / individu, hewan, tumbuhan / kejadian yang terdapat disuatu daerah yang telah ditetapkan.
Merupakan batasan yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari keadaan itu.
Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu.

Selain itu, Muri Yusuf (1997:187) juga mengemukakan golongan populasi atas 2, yaitu:
Populasi terbatas, yaitu objek penelitian yang dapat dihitung
populasi tak terbatas, yaitu objek penelitian yang sulit untuk dihitung atau dicari batasannya


SAMPEL

Suharsimi Arikunto (2006:131) mengemukakan pengertian sampel, yaitu sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sample apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan (mengangkat kesimpulan) hasil penelitian sampel. Penelitian sampel baru boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen.
Penelitian sampel ialah penelitian yang bermaskud untuk menggeneralisasikan / mengngkat kesimpulan penelitian, pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebgai contoh / dapt menggambarkan keadaan populasi sebenarnya (Amirin, 2006:133).
Adapun cara-cara pengambilan sampel penelitian yang dikemukakan Tatang Amirin (2006:142) adalah sebagai berikut:
a. Teknik pengambilan sample secara probhabilitas/adil
Yaitu cara pengambilan sample yang memberikan kemungkinan pada setiap individu dalam pupolasi untuk terpilih sebagai sample.

Probability sampling terdiri dari empat macam, yakni;
Sampling secara acak/random yang sederhana
Yakni cara pengambilan sample yang bukan hanya setiap individu dalam populasi berhak untuk dijadikan sample, melainkan kombinasi (paduan) individu dimungkinkan pula untuk terpilih sebagai sample
Sampling secara sistematis
Yakni cara ordinal, dengan cara menentukan subjek yang tercata dalam daftar yang berdasarkan kelipatan tertentu terpilih menjadi sample.
Sampling berdasarkan pelapisan dan penggolongan
Yakni cara menentukan sample dengan memperhatikan adanya stratum-stratum dalam populasi. Ini dapat;
Sampling berstrata dengan cara proporsional yakni dengan memperhatikan proporsi (perimbangan) jumlah populasi yang ada pada masing-masing golongan atau tingkatan.
Sampling berstrata tanpa proporsional yakni yang tidak memperhatikan perbandingan atau perimabangan jumlah anggota sub populasi pada masing-masing stratum.
Sampling berdasarkan pembagian wilayah
Yakni penentuan sample dengan membagi-bagi populasi berdasarkan wilayah, lalu sample yang diambil adalah cluster diantara seluruh cluster-cluster itu.

b. Teknik pengambilan sample secara non probability/tak adil
Yaitu pengambilan sample sample dengan tidak memberi kesempatan atau kemungkinan yang sama pada setiap individu yang ada dalam popualsi untuk dijadikan sample. Termasuk cara ini adalah:
Sampling secara asal nemu
Yakni cara mengambil sample dengan asal menemukan sample saja.
Sampling menurut quota
Yaitu pengambilan sample dengan cara sekedar memenuhi jumlah yang telah ditentukan beserta cirri-cirinya yang telah ditentukan pula, tetapi pengambilan sampelnya itu sendiri juga asal nemu saja (accidental).

Teknik pemilihan sampel ( Hadjar, 1996:137-144)
Sampling acak sederhana
Salah satu teknik dengan semua individu anggota pupulasi mempunyai kemungkinan yang sama dan idenpenden untuk dipilih sebagai sampel
Sampling sistimatis
Dipakai bila semua anggota populasi telah dicatat dalam suatu daftar yang disusun secara acak.
Sampling bertingkat
Memilih sampel dengan cara yang sedemikian rupa sehingga peneliti yakin bahwa semua kelompok dalam populasi terwakili dalam sampel yang dipilih.
Sampling Klatser
Sama dengan bertingkat, hanya saja sebagai unit sampel tersebut adalah kelompok
Sampel sukarela
Karena banyak faktor kendala yang menyulitkan peneliti, maka peneliti lebih memilih subyek yang secara sukarela berpatisipasi.

G. Kajian Pustaka
Tujuan utama penulisan kajian pustaka adalah untuk mengorganisasikan penemuan penelitian yang pernah dilakukan sehingga pembaca akan dapat memahami mengapa masalah yang diangkat mempunyai nilai penting dan dapat dikaitkan dengan hasil penelitian. Penelitian tidak pernah dapat dipisahkan dengan pengetahuan, karena pada haikatkanya merupakan alat untuk mendapatkan pengetahuan yang telah ada.(Hadjar, 1996:75).
.Kajian kepustakaan akan memungkinkan pembaca meningkatkan cakrawalanya dari segi tujuan dan hasil penelitian tinjauan kepustakaan tersebut berupa biasanya berupa ringkasan dan rangkuman dari sumber kepustakaan yang relevan denan masalah penelitian serta kritik terhadap status pengetahuan dalam topic kependidikan yang ditentukan secra hati-hati (MC Millan dan Schumacher,1898 dalam Hadjar 1996:75).
Lebih lanjut, kajian kepustakaan tersebut berguna untuk menunjukkan signifikansi masalah. Ibnu Hadjar (1996:79-80) mengemukakan kegunaan tinjauan kepustakaan yaitu:
Menentukan dan membatasi permasalahan penelitian.
Kajian kepustakaan dapat membantu peneliti mengenali dengan jelas karya utama dalam topik pilihannya, sehingga dapat membatasi permasalahan dalam aspek yang cukup spesifik.
Meletakkan penelitian pada perspektif sejarah dan asosional
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan, dan menambahkan pengetahuan yang telah ada. Hal ini bertujuan untuk mengetahui cara memperluas pengetahuan tersenut, yaitu dengan menggunakan kajian literatur
Menghindari replikasi yang tidak disengaja dan tidak perlu
Replikasi yang tidak disengaja terjadi karena kurangnya info yang dimilki oleh peneliti tentang penelitian yang pernah dilakukan orang lain.
Memilih Metodologi yang tepat.
Kajian terhadap laporan penelitian yang lalu dapat memberikan rasional terhadap wawasan tentang metodologi dan desai pemilihan yang tepat atau cocok, yang dapat digunakan untuk pemilihan dan pembuatan instrurmen.
Menghubungkan penemuan dengan pengetahuan yang ada dari usulan untuk penelitian lebih lanjut.
Tujuannya untuk membandingkannya dengan hasil penilitian-penilitian terdahulu selain itu juga untuk memberikan rekomendasikan dan petunjuk tentang perlu penelitian lebih lanjut.

Sedangkan menurut Tatang Amirin (1990:62-63) Kepustakaan dapat memberikan 3 manfaat dalam penelitiaan, yaitu :

Sebagai dasar pedoman atau pegangan
Sebagai tolak ukur
Sebagai sumber hipotesa

Kajian / tinjauaan kepustakaan dapat dilakukan dengan mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya yang relevan. Kemudian diseleksi, dan dituangkan kedalam tulisan. Tidak perlu sama, tapi dapat berbobot.
Kajian kepustakaan meliputi kegiatan mencari, membaca, mengevaluasi, menaganalisis dan membuat sistematis laporan-laporan penelitian dan teori, serta melaporkan amanat dan pendapat biasa yang berhubungan dengan penelitian yang direncanakan.









Buku Sumber:
Amiri, Tatang. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Rajawali Pers: Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta: Jakarta
Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dala Pendidikan. Rajawali Pers: Jakarta
Usman, Husaini. 1998. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Bogor
Yusuf, A. Muri. 1997. Metode Penelitian Dasar-Dasar Penelidikan Ilmiah. Padang: UNP















RENCANA PROPOSAL PENELITIAN

Judul Proposal
Hubungan Pembagian Anggota Kelompok dengan Keterbukaan siswa dalam Layanan Konseling Kelompok di SMP Negeri 13 Padang

Masalah
Banyaknya siswa yang tidak terbuka (Tidak berkeinginan) untuk menceritakan permasalahannya dalam kegiatan konseling kelompok, karena kurang mempercayai anggota kelompok.

Rumusan Masalah
Mengidetifikasi penyebab ketidakterbukaan siswa dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok

Batasan Masalah
Penyebab siswa tidak terbuka dalam layanan konseling kelompok
Peran anggota kelompok dalam keefektifan peayanan konseling kelompok
Upaya guru pembimbing dalam mengembangkan layanan konseling kelompok

Pertanyaan Penelitian
a. Apa faktor penyebab siswa tidak terbuka dalam konseling kelompok
b. Bagaimana peranan anggota kelompok dalam konseling kelompok
c. Bagaimana upaya guru pembimbing dalam mengembangkan layanan konseling kelompok

Hipotesis
Pembagian anggota kelompok mempengaruhi keterbukaan siswa untuk mengemukakan permasalahannya dalam kegiatan konseling kelompok

Tujuan Penelitian
Mengungkapkan penyebab siswa tidak terbuka dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok
Mengungkapkan peran anggota kelompok dalam layanan konseling kelompok
Mengungkapkan upaya yang dilakukan guru pembimbing dalam mengembangkan layanan konseling kelompok

Kegunaan Penelitian
Masukan bagi pengembangan ilmu pengethuan khususnya dalam pemberial pelayanan kepada siswa.
Masukan bagi para pendidik umumnya guru pembimbing khususnya dalam memberikan pelayanan yang tepat kepada siswa.
Jurusan BK dalam mempersiapkan tenaga guru pembimbing yang handal dan professional.
Populasi
Siswa SMP Negeri 13 Padang

Sampel
Siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 13 Padang

Kajian Pustaka / Literatur
Layanan Konseling Kelompok
a. Pengertian
b. Azas-Azas Dalam Konseling Kelonpok
c. Tujuan Konseling Kelompok
Kelompok Dalam Kegiatan Konseling Kelompok
Pengertian Kelompok
Faktor Pengikat dalam Kelompok
Dinamika Kelompok
Peranan Guru Pembimbing
BK Pola-17 Plus
Upaya Pengembangan Layanan Konseling Kelompok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar